parboaboa

Memahami Konsep Blue Economy dan Penerapannya di Indonesia

Norben Syukur | Ekonomi | 21-05-2024

Ilustrasi pesona laut Indonesia (Foto: Instagram @pesonalautindonesia)

PARBOABOA, Jakarta - Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat potensial bagi pertumbuhan ekonomi pada bidang kemaritiman.

Potensi itu bukan saja sebagai sumber daya perikanan, tetapi juga berpotensi menjadi sumber energi bersih dan terbarukan, karena laut sangat kaya akan sinar matahari dan angin.

Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, perlu memulai langkah baru dengan membentuk konsep ekonomi biru (blue economy).

Ia menyebut rencana ini sebagai upaya pemanfaatan laut Indonesia dengan tetap menjaga dan melindungi ekosistem laut.

Baru-baru ini, istilah blue economy kembali mencuat dalam acara Paralel Event World Water Forum 2024 yang diselenggarakan di Tanjung Benoa Nusa Dua, Bali, Minggu (19/05/2024).

Pada kesempatan tersebut, Suharso menjelaskan, Indonesia memiliki modalitas yang besar di sektor maritim yang menjadi salah satu bagian dari Ekonomi Biru.

Istilah blue economy berbeda dengan green economy atau ekonomi hijau.

Ekonomi hijau berfokus pada pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan mengurangi risiko kerusakan lingkungan.

Sedangkan ekonomi biru lebih menitikberatkan pada pembangunan ekonomi berkelanjutan di sektor kelautan.

Berdasarkan Peta Jalan Ekonomi Biru Indonesia atau Indonesia Blue Economy Roadmap 2023-2045, sambungnya, Pemerintah menetapkan target kontribusi maritim sebesar 15 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional pada 2045.

Sebelum lebih jauh kita menyoroti realisasi penerapan blue economy ini, tentu sangat perlu untuk mengetahui secara lengkap istilah ekonomi baru ini.

Walau istilah tersebut sudah muncul beberapa tahun belakangan, sejauh ini, istilah ekonomi biru masih sangat asing bagi masyarakat umum.

Konsep Blue Economy

Melansir dari situs Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada, ekonomi biru dikenal sebagai ekonomi laut atau ekonomi maritim.

Bidang ekonomi ini mengacu pada pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk peningkatan ekonomi, perbaikan kehidupan masyarakat, serta kesehatan ekosistem laut.

Ekonomi biru melingkupi beberapa sektor yaitu perikanan, akuakultur, pelayaran, energi, pariwisata, dan bioteknologi kelautan.

Ekonomi biru memiliki potensi untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan mendukung pembangunan berkelanjutan.

Hal ini menjadi perhatian utama berbagai pihak, termasuk pembuat kebijakan, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya.

Konsep ini dicetus oleh Gunter Pauli awal tahun 2000-an melalui bukunya yang berjudul,The Blue Economy: 10 Years, 100 Innovations, 100 Million Jobs.

Ia adalah seorang pengusaha dan pendukung ekonomi keberlanjutan kelahiran Belgia.

Pauli mengampanyekan konsep perekonomian baru yang berlandaskan pada pemanfaatan sumber daya laut secara signifikan dan berkelanjutan.

Menurutnya, lautan merupakan sumber kekayaan yang belum maksimal dimanfaatkan dan menjadi solusi untuk banyak persoalan lingkungan dan ekonomi dunia, misalnya perubahan iklim, kelangkaan energi, dan kemiskinan.

Pauli kemudian merekomendasikan model bisnis baru yang mengandalkan fungsi sistem alam dan menciptakan nilai dari limbah dan produk sampingan.

Fokus perhatiannya pada potensi sektor akuakultur, energi terbarukan, dan bioteknologi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mendorong kelestarian lingkungan dan inklusi sosial.

Inilah titik awal konsep ekonomi biru dipromosikan. Sejak itu, juga konsep ini memperoleh pengakuan dari PBB dan Bank Dunia, serta dari pemerintah, akademisi, dan sektor swasta.

Sementara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), pada situs resminya menulis blue economy merupakan upaya optimalisasi pertumbuhan ekonomi yang bersumber dari pemanfaatan sumber daya laut.

Sifatnya inklusif dan berkelanjutan sehingga tetap mengedepankan pelestarian laut serta ekosistem pendukungnya.

Konsep blue economy merujuk pada pola pendekatan berkelanjutan yang bertujuan untuk melestarikan sumber daya laut agar tetap memberi manfaat bagi keberlangsungan hidup manusia dan biota laut.

Demikian juga pada laman Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), konsep blue economy yang dicanangkan oleh Bank Dunia, yakni menggabungkan pemanfaatan sumber daya laut dengan pendekatan berkelanjutan.

Tujuan utama hadirnya gagasan blue economy adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelestarian ekosistem laut, serta membuka sebanyak-banyaknya lapangan kerja.

Ekonomi Biru di Indonesia

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia dan memiliki sejumlah pulau besar yang berpotensi untuk pengembangan blue economy.

Pengembangan Ekonomi Biru menjadi sumber pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif bagi Indonesia.

Hal ini dilandasi oleh keseimbangan pilar sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup dalam pembangunan berkelanjutan yang diterjemahkan ke dalam tiga target utama berikut ini:

Pertama, peningkatan produk domestik bruto (PDB) sektor kelautan menjadi target utama dalam menjelaskan betapa pentingnya sektor maritim dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.

Pada tahun 2045, diharapkan sektor maritim akan berkontribusi sebesar 15 persen terhadap PDB.

Target ini sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025-2045.

Kedua, pembukaan lapangan kerja merupakan peran sektor maritim dalam menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan sosial.

Peluang penyerapan tenaga kerja pada bidang maritim diharapkan dapat berkontribusi terhadap 12 persen total lapangan kerja di Indonesia pada tahun 2045.

Ketiga, upaya pelestarian lingkungan laut sebagai langkah untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan kesejahteraan sosial.

Indonesia terus berupaya meningkatkan kawasan perlindungan laut hingga 30 persen atau 97,5 juta hektar perairannya pada tahun 2045.

Upaya ini akan melestarikan keanekaragaman hayati laut dan memperbarui stok perikanan, sekaligus menyediakan jasa ekosistem seperti penyerapan karbon dan melindungi aset-aset berharga.

Selain itu, upaya ini juga akan melindungi ekosistem penting seperti hutan bakau, padang lamun, dan terumbu karang.

Pengembangan aspek blue economy di Indonesia juga dapat difokuskan pada sektor-sektor berikut:

1. Perikanan dan Kelautan

Wilayah perairan Indonesia merupakan sumber daya perikanan laut yang kaya. Pengelolaan sumber daya perikanan yang berkelanjutan dapat mendorong pertumbuhan sektor perikanan.

Pembudidayaan ikan, tiram, dan kerang dapat menjadi bagian penting dari blue economy dalam meningkatkan produksi perikanan secara berkelanjutan.

2. Pariwisata Bahari

Ekosistem laut yang indah menjadi peluang besar untuk pengembangan pariwisata kelautan yang berkelanjutan.

3. Energi Terbarukan

Potensi untuk menghasilkan energi terbarukan dari angin dan gelombang laut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional.

4. Transportasi Maritim

Investasi dalam infrastruktur pelabuhan dan transportasi laut merupakan langkah penting untuk meningkatkan konektivitas dan efisiensi logistik.

Peningkatan infrastruktur pelabuhan melibatkan pembangunan dan pemeliharaan fasilitas yang lebih baik.

5. Industri Kelautan dan Perikanan

Meningkatkan perkembangan industri pengolahan hasil laut, termasuk pemrosesan ikan, produksi olahan laut, serta industri terkait lainnya.

6. Konservasi Laut

Konservasi dan pengelolaan lingkungan laut adalah salah satu konsep blue economy, termasuk pelestarian terumbu karang, kawasan konservasi laut, dan upaya pengurangan sampah plastik.

Editor : Norben Syukur

Tag : #Blue Economy    #Ekonomi Biru    #Ekonomi    #Laut Indonesia    #Maritim    #Pariwisata    #Bappenas    #Suharso Monoarfa   

BACA JUGA

BERITA TERBARU